Minggu, 13 November 2011

SURAT UNTUK DEKANKU



25-26, November 2010 M
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Senangnya diriku jauh dari BUTON-SULAWESI TENGGARA bisa lulus untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mataku berbinar-binar akan keindahan kampus yang biaya kuliahnya sedikit mustahil kalau dibanding dengan kemegahannya. FAKULTAS-ku FDK yang kini berubah menjadi FIDKOM (Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi), pertama kalinya kubelajar didalamnya membuatku gembira tiada tara. Seringkali bahkan tiap kali mata kuliah berbeda, para Dosen (orang tuaku dikampus) selalu menanyakan alasanku kenapa jauh-jauh datang belajar kesini. Jawabku selalu sama yaitu, “saafir tajid ‘iwadhon ‘amman tufaariquhu, fanshob fa inna ladziiza-l’aisyi fin-nashobi”.
Moga Pak Dekan senang dan terhibur dengan penggalan-penggalan kataku yang sudah cukup lama ingin kuungkapkan pada almarhumah Ibuku.
Pak, sebelumnya saya harus mohon maaf sama Bapak karena nama lengkap Bapak hingga kini mungkin saya belum tahu kalau bukan peluang menulis “surat untuk dekanku” ini. Hukuman apapun sangat pantas untuk mahasiswa KPI 3B ini Pak. Mungkin kalau dosen-dosen lain yang membaca surat ini pasti wajahnya akan berubah dan marah lantaran orang tuanya tak dikenali oleh anaknya. Tapi please Pak, saya ingin bercerita sama Bapak walau cuman lewat beberapa lembar kertas.
Bukan berarti saya tidak mengenal Bapak. Wajah, profesionalisme dan kinerja Bapak terlihat oleh saya. Begitupun Dosen yang mengajar dikelasku. Mungkin karena kegembiraan yang berlebihan dan senang diajar dan didik Dosen di FIDKOM hingga saya tidak memerhatikan nama-nama orang tua saya. Itu bukan berarti saya tak peduli sama antum-antum. Berawal saya mengenal jiwa profesional, metode pengajaran yang baik dan kerendahan hati Antum-antum membuatku tak dapat melupakan nama Antum setelah mengetahuinya. Nama baik bukan sekedar nama, tapi nama itu laksana jiwa yang selalu membuat saya membayangkan kehebatannya jika mendengarnya. Seperti Soekarno, pertama kukenal kegigihan dan keteladanan beliau bukan dengan nama Ir. Soekarno tapi dengan nama “Sukarno”. Moga Bapak bisa paham maksud saya.
Bapak, Al-Marhumah Ibu ketika masih semester satu bertanya akan eksistensiku dikampus. Dengan bangga saya jawab, “Ibu, alhamdulillah saya berada di Fakultas dan jurusan yang tepat,”. Jawabanku itu adalah hasil dari cermatan dan penilaianku beberapa bulan kuliah di FDK/FIDKOM walau sedikit ragu. Al-Marhumah senang mendengar jawabanku begitupun Ayahku. Pesan dari Ayah, belajar dan bertawakkal serta berdo’a. Beberapa bulan berkomunikasi membuat mereka bangga akan peningkatan pada diriku. Pikirku, mereka pasti mengira FIDKOM-lah yang membuat peningkatan ini walau hanya sedikit atau lebih umum, UIN-lah yang meningkati.
Sudah terlalu jauh melenceng dari tema. Baiklah Pak, saya mulai intinya.
Kalau saya ditanya tentang apa saja yang berkembang di FIDKOM selama 20 tahun ini, maka tidak ada yang bisa saya jawab kecuali perubahan nama fakultasnya saja dari FDK-FIDKOM. Kurang lebih setahun empat bulan saya kuliah, jelas pada FIDKOM akan kehidupannya yang ramai. Mulai dari tempat nongkrong, sekret BEMF sampai kekompakan jajaran Dekan ketika (jam istirihat sebelum shalat zuhur saya kadang tak sengaja melihatnya). Dan yang lebih ramai lagi keragaman agenda dan kreasi yang ada didalam fakultas ini. Keakraban Dosen dengan Mahasiswa melahirkan kreatif yang spektakuler pada diri. Dukungan dan rangkulan terbukti ketika saya ditantang Sirajuddin Ar-Ridho mantan BEM J KPI (2009-2010) menjadi panitia Lomba Pembuatan Film Pendek untuk kalangan SLTA sejabodetabek. Saya dan kawan-kawan KPI semester satu lainnya berhasil melakukannya saat itu. Semuanya tidak lain dan tidak bukan karena kepercayaan tinggi Dekan, KAJUR dan jajaran-jarannya kepada kami bahwa kami dapat berkarya sejak dini.
Masih banyak bukti lain akan kedamaian FIDKOM yang dimilikinya. Beberapa organisasi-oraganisasi kecil telah lahir di FIDKOM seperti KLISE, VOC, GARUDA, TERAS KPI dll. Lebih dari itu, saya juga menyaksikan dan mendengar curhatan teman-teman semester tiga jurusan Management Dakwah ketika mau memberi FIDKOM lewat Acapella Nasyid mereka di pembukaan DEDIKASI 20. Dan masih banyak lagi group-group kecil lainnya yang Bapak dan jajaran Bapak belum tahu. Tapi mereka tak henti berkarya atas nama Jurusan dan Fakultas. Radio dakwah yang lazim ada diFIDKOM tidak mengubur kesempatan bagi para mahasiswa untuk belajar penyiaran. Teman saya jurusan Jurnalistik semester tiga menjadi salah satu penyiar di RDK.
Saya tidak bercerita sejarah FIDKOM karena yakin Bapaklah yang lebih tahu. Dan saya percaya, FIDKOM pasti telah melakukan reproduksi dengan cepat dan hebat. Hasil reproduksi itu jelas terlihat oleh kami selaku mahasiswa karena FIDKOM telah banyak melakukan hal-hal yang legendaris. Saya baru seumur jagung di KPI/FIDKOM seolah sudah berumur lama. Mengapa? Karena senioritas di FIDKOM sangat bagus. Saling menghargai, berpendapat dan mengoreksi selalu berputar diantara mahasiswanya dari semester awal hingga akhir tanpa pandang pintar atau kurang pintar.
Pernah saya bergaul dengan mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum, salah satu teman saya president BEM F. Masalah yang harusnya mahasiswa FSH perlu tahu kadang tidak mendapatkan kepercayaan dari BEM. Maka tidak heran setiap ada agenda kecil sampai agenda besar, yang memenage adalah president dan orang-orang atas. Sementara mahasiswa semester satu/bawah sangat diragukan kemampuannya. Mungkin mereka ingin agenda berjalan lancar.
Beda dengan FIDKOM Pak, saya melihat itu bukan beropini semata. Dan saya bangga sama Bapak karena tidak ada persyaratan keaktifan di BEM harus memperhatikan ukuran semester. Kami bebas, sederhana, kaya ide, ikhlas dan mengantarkan kami kepada ukhuwah islamiyah yang erat. Bapak sepertinya kagum akan perubahan yang terjadi pada FIDKOM ini, itu kelihatan ketika secara tak sengaja kulihat wajah Bapak tersenyum indah di waktu pembukaan DEDIKASI 20. Semoga manurutku benar adanya. Hehehe,,,
Ada cerita pak. Tak sengaja saya melihat beberapa orang berdiri agak jauh didepan banner agenda DEDIKASI 20 tepatnya depan Fakultas Tarbiyah. Saya perhatikan mereka agak lama menatap dan membacanya. Saya menerka, mungkin lantaran banyaknya rangkaian acara dari agenda Milad Dakwah ini. Setelah beberapa lama mereka akhirnya meninggalkan banner itu dan mengacungkan jempol setelah selangkah dari ayunan kaki mereka. Pemandangan ini sangat jelas bahwa banyak yang ingin mengatakan good, best dan amazing for FIDKOM.
Bapak, Ibu saya berpulang kerahmatullah sebulan sebelum Ramadhan kemarin. Setiba diBUTON Ibu sudah tak bernafas. Jika beliau masih ada, saya secepatnya memberitahu kalau fakultasku adalah medan yang tepat dan terbaik untukku berkembang, bertempur dan berkarya. Saya berupaya melakukan itu dan terus belajar dari kakak-kakak saya di FIDKOM.
Di agenda DEDIKASI 20 ini ungkapan yang selalu kudengar, “Dakwah memang Fakultas Besar, kalau buat acara pasti hebat”. Agar Bapak tahu dan saya berharap di DEDIKASI ini uluran tangan bapak selalu ada dan bagiku itu adalah nafas bagi para Panitia dan yang mendukung acara ini. Termaksud saya dan mahasiswa Fakultas ini. Sebenarnya ini belum seberapa, masih banyak harapan-harapan lain. Beberapa orang berkata, agenda sebesar ini belum pernah di adakan UIN sendiri. Amazing Pak... hehehe. Dan ungkapan heran bercampur kagum akan lahirnya organ-organ kecil di FIDKOM seperti yang saya singgung diatas bisa-bisa UKM tersaingi kalau pihak Dekan selalu mendukung dan menfasilitasi.
Pak, bantu kami untuk menyingsingkan tangan, melangkahkan kaki kedepan untuk berkerja dan berkarya. Agar kami dapat hiasi masa muda ini dengan aktif sebagai ajang menyalurkan aspirasi dan ummat Islam di FIDKOM ini.
Sekian tulisan saya, jika ada kata-kata lancang mohon dimalukmi karena itulah semangat saya hingga berdampak pada kelemahan tulis saya. Sekali lagi saya ingin bilang, saya kenal bapak bukan berawal dari nama yang berembel-embel namun nama yang begitu bermakna dan realita. Wassalam,,.
La Ode Chusnul Huluk KPI 3B
TOLANDONA, BUTON SULAWESI TENGGARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar