Indonesia di tengah perkembangannya memang sangat
menampakkan kemajuan yang cukup besar. Disamping itu, masyarakat Indonesia di
tengah kepresidenan Susilo Bambang Yudoyono terlihat miris dengan wajah sinis
atas fonemona yang ada. Namun di sisi lain, masyarakat bangga atas kemajuan di
luar pengaruh eksistensi SBY. Gas alam, batu bara, emas, mutiara, terumbu
karang, dan lain-lainnya merupakan hasil reproduksi alam yang tidak bisa
dibiarkan saja tapi butuh gotong-royong dan rasa kepemilikan untuk
melestarikannya.
Tidak ada alasan
yang meragukan kekayaan alam Indonesia yang berbanding imbang dengan
keberagaman budayanya sebagai Negara yang maritim. Jika kita pernah
mendendangkan lagu,
Dari sabang sampai merauke
berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia,,,
Ya, itulah
Indonesia tanah air kita, dan mereka yang ada di Sumatera, Jawa, Maluku, Nusa
Tenggara, Papua, Sulawesi dan seterusnya berjajar pulau-pulau. Penggalan lyiric lagu ini sangat jelas
menginformasikan akan banyaknya pulau di Bumi Nusantara. Pertanyaannya,
bagaimanakah menumbuhkan motivasi dan semangat menjaga dan melestarikan
kekayaan dan kebudayaan yang beragam?
Big
Enthusiastic
Disadari
maupun tidak, masyarakat Indonesia telah menunjukkan rasa kepemilikkannya
terhadap kekayaan alam dan keragaman budaya lewat aktifitas mereka. Sadar atau
tidak, juga, masyarakat kadang apatis dengan peristiwa dan tanda-tanda yang
mengancam stabilitas budaya dan kekayaan alamnya. Kita bisa menilai antusias
Indonesia yang signifikan lewat berbagai event
yang menarik baru-baru ini.
Kita mungkin ingat
puluhan tukang becak bersama becaknya tampak berjajar
di sepanjang kawasan pejalan kaki atau di kota Solo Jawa Tengah. Sambil duduk diatas
becak, mereka membawa poster
dukungan pada Komodo untuk menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia. Mereka
secara bersama-sama mengirim pesan pendek atau SMS melalui telepon selular
untuk mendukung Komodo Indonesia.
Itu dari tukang becak, bagaimana dengan yang lainnya?
Para musisi
sekalipun tak ketinggalan mengaplikasikan provesi dan bakat mereka untuk menggelar Konser
Dukung Komodo. Untuk apa? Ya, untuk dukung Komodo menjadi tujuh keajaiban dunia
yang baru. Menurut mereka ini sangat membanggakan, dan mungkin mengangkat nama
baik Indonesia. Itulah keagungan Tuhan yang telah menciptakan ekologis yang
baik di salah satu pulau di Nusantara.
Fakta dan realita
hampir seluruh masyarakat Indonesia antusias mendukung ini. Komodo adalah hewan
yang jika di bandingkan dengan sapi atau kambing, komodo tidak bisa menyaingi
kelezatan daging sapi dan kambing. Namun komodo sangat unik dibanding dengan
hewan yang lain dan tetap saja sama dia hewan yang tidak bisa berpikir juga
tidak punya akal.
Mungkin setelah Candi Borobudur
gagal memasuki tujuh
Keajaiban Dunia Baru untuk kategori keajaiban dunia hasil budaya manusia pada
tahun 2007 dalam hasil polling dunia oleh New
7 wonders, diikuti dengan tidak lolosnya
Gunung Anak Krakatau dan Danau Toba untuk kategori keajaiban alam, sekarang
tinggal Taman Nasional Komodolah satu-satunya tumpuan harapan Indonesia untuk
melaju ke babak final masuk tujuh
besar dalam N7WS Of Nature (Keajaiban Dunia Baru Kategori Alam).
Itulah ection antusias masyarakat sebagai
pejuang di masa kini untuk mempertahankan nama baik bangsa. Bagaimana dengan
kita? Apakah kita tidak teraba dengan pejuang-pejuang baru yang lebih aplikatif
dan agresif menunjukkan rasa kepemilikannya terhadap Indonesia? Atau mungkin kita
memandang enteng pulau kelahiran mereka yang sekarang ini sering di
eluk-elukkan oleh ribuan manusia di Nusantara? Mungkin kita harus lebih cekatan
lagi terhadap perputaran waktu dan pergesaran zaman ini.
Dengan
senyuman yang sederhana tanpa memaksa publik untuk mendengang-dengungkan nama
mereka di berbagai media massa, karena begitu banyak menyumbangkan rasa, jiwa,
raga, dan kreatifitasnya. Ya, di kompetisi SEA Games 2011, yang mana Indonesia
sebagai tuan rumah sudah dinilai berpeluang untuk juara. Ini terlihat berkat perjuangan
para atlit mempertahankan harga diri Indonesia. Mereka adalah masayarakat
Indonesia yang sama antusiasnya dengan pendukung Komodo.
Sudah
akrab di benak kita istilah, Trio Papua, mereka adalah putera beringas. Maka bangsa Indonesia patut berbangga dan bersyukur
memiliki talenta-talenta hebat dari bumi Papua. Sejak dulu putera puteri Papua
sudah mengharumkan nama Indonesia di berbagai kancah internasional. Di SEA
Games XXVI 2011, gelar manusia tercepat di Asia Tenggara dibuat oleh dua anak
kebanggaan Papua, Serafi Anelis Unani (medali emas 100 meter puteri) dan
Franklin Ramses (medali emas 100 meter putera). Dengan keahlian dan kehebatan
di bidangnya, mereka ternyata punya rasa kepemilikan terhadap Indonesia. Merasa
sebagai bangsa Indonesia dan antusias demi nama baik Indonesia.
Lihatlah dokumentasi, Ramses
berlari bangga setelah memenangkan lomba lari 100 meter dengan mengepakkan
bendera merah putih di punggungnya. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk
tanah kelahiran sang juara ini? Sumbangan apa untuknya sebagaimana sumbangan
dia untuk kegemberiaan kita. Saya yakin, ekspresi anda pasti luar biasa ketika
tendangan pagar Patric Wanggai berhasil membobol gawang Camboja dan Vietnam
dalam bidang sepak bola. Lalu ekspresi apa yang terlukis di wajah kita akan
peristiwa Papua sebagai kembanggaan mereka?
Dan kini indonesia
diproklamirkan sebagai juara umum di SEA Games XXVI 2011. Tetap pada tanggal 22
november 2011 di penutupan SEA Games, seluruh rakyat bergembira dan
melantangkan suara yg bergelora dengan harapan yang baik untuk prestasi
perjuangan bangsa. Kita tahu siapa tulang punggung dan jago-jagonya yang
mempertahankan nama baik bangsa ini. Dari Sabang sampai Merauke berkumandang
menyerukan satu kata “INDONESIA”, dan kini anda dan kita semua semakin yakin
dan memiliki Tanah Air Indonesia. Juga lahir antusias tinggi mendukung
Indonesia kearah yang positif demi kedaulatan rakyat adil makmur sentosa.
Untuk Peristiwa Papua
Tidak diragukan lagi
besarnya antusias dukungan masyarakat Indonesia terhadap Komodo untuk menjadi 7
keajaiban dunia yang baru dan pertahanan harga diri sebagai tuan rumah menuju
juara SEA Games XXVI. Hingga terbukti, dari dulu sampai saat ini senantiasa
menggema suara Garuda Indonesia Merdeka.
Melihat kepada peristiwa
Papua saat ini, sangat memprihatinkan. Bukan hanya sekarang, tapi dari dulu,
kesenjangan komunikasi antara Pemerintah Pusat dan daerah Papua nikmat rasanya
dipertahankan. Padahal Papua adalah daerah yang mana populasinya cukup besar
dan penduduknya bukan didominasi oleh hewan. Potensi Papua yang sangat
berpengaruh terhadap nama baik bangsa mulai di perhatikan setelah terjadi
peristiwa-peristiwa konyol.
Sehingga untuk
menstabilkan kembali keadaan ini adalah tugas kita sebagai pemegang tongkat
estaveta perjuangan bangsa, sebagai pemuda harapan bangsa dan pemudi harapan
pertiwi, sejatinya memiliki motivasi tinggi terhadap Nusa dan Bangsa yang kita
anut ini. Antusias tinggi kita terhadap Komodo dan Kejuaraan SEA Games sangat
baik untuk di alihkan atau di netralisasikan keperistiwa Papua yang selalu
menjadi bagian dari “sambung menyambung
menjadi satu” (Indonesia) hingga akhir zaman.
Memalukan jika peristiwa
lucu kembali terjadi lantaran sikap apatis dan watak egois kita yang baru berupaya
mempertahankan budaya bangsa setelah direbut oleh negara lain. Seharusnya sikap
peka, perhatian, dan menjaga terhadap apa yang kita miliki lebih terpuji
daripada mati-matian mempertahankan milik yang direbut orang lantaran sikap
apatis dan nangkring-nongkrrong yang sudah mengekstasi. Jangan menunggu bola
tapi kejar dan dapatkan bola itu!
Seperti
sikap SBY, meminta Menko dan Menteri terkait, juga Kepala UP4B untuk
terus berkonsultasi dengan pemerintah Papua dan masyarakat. Jika diperlukan datang ke Papua, lihat
situasi riil dilapangan, pahami hakekat masalah dan kemudian carikan solusinya,
katanya. Saya sependapat dengan SBY, memang beda menerima laporan di Jakarta,
membahas masalah di Jakarta dengan datang langsung ke Papua untuk bersama para
pimpinan disana, tokoh masyarakat dan agama dan mencari solusi, katanya. Oleh
karena itu, kesadaran prefentife harus
lebih di utamakan. Dan kalau perlu, berinteraksi langsung dengan mereka atau mencoba
tinggal seatap dengan warganya beberapa hari, agar kesenjangan yang terlihat menggampangkan
Papua tidak terjadi kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar