Kamis, 24 November 2011

DUKUNG PAPUA=MENDUKUNG INDONESIA


Indonesia di tengah perkembangannya memang sangat menampakkan kemajuan yang cukup besar. Disamping itu, masyarakat Indonesia di tengah kepresidenan Susilo Bambang Yudoyono terlihat miris dengan wajah sinis atas fonemona yang ada. Namun di sisi lain, masyarakat bangga atas kemajuan di luar pengaruh eksistensi SBY. Gas alam, batu bara, emas, mutiara, terumbu karang, dan lain-lainnya merupakan hasil reproduksi alam yang tidak bisa dibiarkan saja tapi butuh gotong-royong dan rasa kepemilikan untuk melestarikannya.

Tidak ada alasan yang meragukan kekayaan alam Indonesia yang berbanding imbang dengan keberagaman budayanya sebagai Negara yang maritim. Jika kita pernah mendendangkan lagu,
Dari sabang sampai merauke
berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia,,,
Ya, itulah Indonesia tanah air kita, dan mereka yang ada di Sumatera, Jawa, Maluku, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi dan seterusnya berjajar pulau-pulau. Penggalan lyiric lagu ini sangat jelas menginformasikan akan banyaknya pulau di Bumi Nusantara. Pertanyaannya, bagaimanakah menumbuhkan motivasi dan semangat menjaga dan melestarikan kekayaan dan kebudayaan yang beragam?
Big Enthusiastic
Disadari maupun tidak, masyarakat Indonesia telah menunjukkan rasa kepemilikkannya terhadap kekayaan alam dan keragaman budaya lewat aktifitas mereka. Sadar atau tidak, juga, masyarakat kadang apatis dengan peristiwa dan tanda-tanda yang mengancam stabilitas budaya dan kekayaan alamnya. Kita bisa menilai antusias Indonesia yang signifikan lewat berbagai event yang menarik baru-baru ini.
Kita mungkin ingat puluhan tukang becak bersama becaknya tampak berjajar di sepanjang kawasan pejalan kaki atau di kota Solo Jawa Tengah. Sambil duduk diatas becak, mereka membawa poster dukungan pada Komodo untuk menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia. Mereka secara bersama-sama mengirim pesan pendek atau SMS melalui telepon selular untuk mendukung Komodo Indonesia. Itu dari tukang becak, bagaimana dengan yang lainnya?
Para musisi sekalipun tak ketinggalan mengaplikasikan provesi  dan bakat mereka untuk menggelar Konser Dukung Komodo. Untuk apa? Ya, untuk dukung Komodo menjadi tujuh keajaiban dunia yang baru. Menurut mereka ini sangat membanggakan, dan mungkin mengangkat nama baik Indonesia. Itulah keagungan Tuhan yang telah menciptakan ekologis yang baik di salah satu pulau di Nusantara.
Fakta dan realita hampir seluruh masyarakat Indonesia antusias mendukung ini. Komodo adalah hewan yang jika di bandingkan dengan sapi atau kambing, komodo tidak bisa menyaingi kelezatan daging sapi dan kambing. Namun komodo sangat unik dibanding dengan hewan yang lain dan tetap saja sama dia hewan yang tidak bisa berpikir juga tidak punya akal. 
Mungkin setelah Candi Borobudur gagal memasuki tujuh Keajaiban Dunia Baru untuk kategori keajaiban dunia hasil budaya manusia pada tahun 2007 dalam hasil polling dunia oleh New 7 wonders, diikuti dengan tidak lolosnya Gunung Anak Krakatau dan Danau Toba untuk kategori keajaiban alam, sekarang tinggal Taman Nasional Komodolah satu-satunya tumpuan harapan Indonesia untuk melaju ke babak final masuk tujuh besar dalam N7WS Of Nature (Keajaiban Dunia Baru Kategori Alam).
Itulah ection antusias masyarakat sebagai pejuang di masa kini untuk mempertahankan nama baik bangsa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita tidak teraba dengan pejuang-pejuang baru yang lebih aplikatif dan agresif menunjukkan rasa kepemilikannya terhadap Indonesia? Atau mungkin kita memandang enteng pulau kelahiran mereka yang sekarang ini sering di eluk-elukkan oleh ribuan manusia di Nusantara? Mungkin kita harus lebih cekatan lagi terhadap perputaran waktu dan pergesaran zaman ini.
Dengan senyuman yang sederhana tanpa memaksa publik untuk mendengang-dengungkan nama mereka di berbagai media massa, karena begitu banyak menyumbangkan rasa, jiwa, raga, dan kreatifitasnya. Ya, di kompetisi SEA Games 2011, yang mana Indonesia sebagai tuan rumah sudah dinilai berpeluang untuk juara. Ini terlihat berkat perjuangan para atlit mempertahankan harga diri Indonesia. Mereka adalah masayarakat Indonesia yang sama antusiasnya dengan pendukung Komodo.

Sudah akrab di benak kita istilah, Trio Papua, mereka adalah putera beringas. Maka bangsa Indonesia patut berbangga dan bersyukur memiliki talenta-talenta hebat dari bumi Papua. Sejak dulu putera puteri Papua sudah mengharumkan nama Indonesia di berbagai kancah internasional. Di SEA Games XXVI 2011, gelar manusia tercepat di Asia Tenggara dibuat oleh dua anak kebanggaan Papua, Serafi Anelis Unani (medali emas 100 meter puteri) dan Franklin Ramses (medali emas 100 meter putera). Dengan keahlian dan kehebatan di bidangnya, mereka ternyata punya rasa kepemilikan terhadap Indonesia. Merasa sebagai bangsa Indonesia dan antusias demi nama baik Indonesia.

Lihatlah dokumentasi, Ramses berlari bangga setelah memenangkan lomba lari 100 meter dengan mengepakkan bendera merah putih di punggungnya. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk tanah kelahiran sang juara ini? Sumbangan apa untuknya sebagaimana sumbangan dia untuk kegemberiaan kita. Saya yakin, ekspresi anda pasti luar biasa ketika tendangan pagar Patric Wanggai berhasil membobol gawang Camboja dan Vietnam dalam bidang sepak bola. Lalu ekspresi apa yang terlukis di wajah kita akan peristiwa Papua sebagai kembanggaan mereka?

Dan kini indonesia diproklamirkan sebagai juara umum di SEA Games XXVI 2011. Tetap pada tanggal 22 november 2011 di penutupan SEA Games, seluruh rakyat bergembira dan melantangkan suara yg bergelora dengan harapan yang baik untuk prestasi perjuangan bangsa. Kita tahu siapa tulang punggung dan jago-jagonya yang mempertahankan nama baik bangsa ini. Dari Sabang sampai Merauke berkumandang menyerukan satu kata “INDONESIA”, dan kini anda dan kita semua semakin yakin dan memiliki Tanah Air Indonesia. Juga lahir antusias tinggi mendukung Indonesia kearah yang positif demi kedaulatan rakyat adil makmur sentosa.

Untuk Peristiwa Papua

Tidak diragukan lagi besarnya antusias dukungan masyarakat Indonesia terhadap Komodo untuk menjadi 7 keajaiban dunia yang baru dan pertahanan harga diri sebagai tuan rumah menuju juara SEA Games XXVI. Hingga terbukti, dari dulu sampai saat ini senantiasa menggema suara Garuda Indonesia Merdeka.

Melihat kepada peristiwa Papua saat ini, sangat memprihatinkan. Bukan hanya sekarang, tapi dari dulu, kesenjangan komunikasi antara Pemerintah Pusat dan daerah Papua nikmat rasanya dipertahankan. Padahal Papua adalah daerah yang mana populasinya cukup besar dan penduduknya bukan didominasi oleh hewan. Potensi Papua yang sangat berpengaruh terhadap nama baik bangsa mulai di perhatikan setelah terjadi peristiwa-peristiwa konyol.

Sehingga untuk menstabilkan kembali keadaan ini adalah tugas kita sebagai pemegang tongkat estaveta perjuangan bangsa, sebagai pemuda harapan bangsa dan pemudi harapan pertiwi, sejatinya memiliki motivasi tinggi terhadap Nusa dan Bangsa yang kita anut ini. Antusias tinggi kita terhadap Komodo dan Kejuaraan SEA Games sangat baik untuk di alihkan atau di netralisasikan keperistiwa Papua yang selalu menjadi bagian dari “sambung menyambung menjadi satu” (Indonesia) hingga akhir zaman.

Memalukan jika peristiwa lucu kembali terjadi lantaran sikap apatis dan watak egois kita yang baru berupaya mempertahankan budaya bangsa setelah direbut oleh negara lain. Seharusnya sikap peka, perhatian, dan menjaga terhadap apa yang kita miliki lebih terpuji daripada mati-matian mempertahankan milik yang direbut orang lantaran sikap apatis dan nangkring-nongkrrong yang sudah mengekstasi. Jangan menunggu bola tapi kejar dan dapatkan bola itu!

Seperti sikap SBY, meminta Menko dan Menteri terkait, juga Kepala UP4B untuk terus berkonsultasi dengan pemerintah Papua dan masyarakat.  Jika  diperlukan datang ke Papua, lihat situasi riil dilapangan, pahami hakekat masalah dan kemudian carikan solusinya, katanya. Saya sependapat dengan SBY, memang beda menerima laporan di Jakarta, membahas masalah di Jakarta dengan datang langsung ke Papua untuk bersama para pimpinan disana, tokoh masyarakat dan agama dan mencari solusi, katanya. Oleh karena itu, kesadaran prefentife harus lebih di utamakan. Dan kalau perlu, berinteraksi langsung dengan mereka atau mencoba tinggal seatap dengan warganya beberapa hari, agar kesenjangan yang terlihat menggampangkan Papua tidak terjadi kembali.

Tanpa menanggalakan dukungan kita kepada Komodo, SEA Games dan sebagainya. Kita tetap berpijak dan mengamalkan nuansa-nuansa Pancasila yang Bineka Tunggal Ika. Sehingga, semuanya mendapatkan hasil, perhatian, dan dukungan yang sama rata. Selamatkan Papua dan berilah dukungan yang netral karena keselematan papua adalah dukungan buat Indonesia.

La Ode Huluk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar