Sabtu, 27 November 2010

-gelisah-

Foto oleh Kasman Rauf

Hari yang sangat mebahagiakan. Ketika yang kudambakan nyaris kudapatkan membuat wajah ini tak henti-hentinya melukiskan senyuman indah. “jangan kamu kehilangan untuk kedua kalinya,’’ kata teman sekosan, senasib-seperjuangan. “Jangan biarkan orang lain merebut permata indahmu itu,’’ dia dengan penuh sugesti berkata demikian. Ku merasa kalimat itu adalah milikku yang harus rahasia. Ungkapan sederhana, namun begitu dalam dan berarti buatku tuk camkannya.
Sebenarnya qalbu ingin mengungkapkan rasa, namun nurani tak bisa membiarkan. Seolah yang akan diungkapkan kedengaran lucu dan tak tahu malu. Tapi itulah yang kurasakan dalam sukma dan telah lama terpendam didalam hati yang terdalam.
Sikap ini membuatku takut akan terjadi hal yang memilukan dan mengecewakan. Otak terbelenggu dengan negatif thinking. Terbayang akan ada yang merebut permata itu lantaran ku tak mengekspresikan rasa cinta. Semakin lama kumemendam, semakin memuncak cintaku ke permata itu.
Darahku serasa membentuk gelombang besar seperti di lautan yang menghempas karang hati yang tak berdaya. Terus dan terus menghempas hingga hati makin terluka karena ada kotoran yang melekat pada permata itu. Kotoran itu menggoda bahkan memaksa untuk memiliknya.
Apa memang yang kucintai ini adalah dia yang menjadi sanjungan para pemuda ideal? Tanyaku pada diri. Bodoh, kenapa aku harus ngalah sama mereka!? Sementara aku pemilik hati dan berhak membiarkannya merasakan semua hal.
Hari bahagia ini rasanya cepat berlalu dan tidak awet. Kebahagiaan dilanda resah dan gunda, hati akan menjadi gelisah dan serba salah. Itu terjadi sama diriku sekarang.
Jum’at, 12-11-2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar