Minggu, 13 November 2011

JAWABANNYA ADA PADA CALON DOKTER & DOKTER


Foto oleh Syahril Ramadhan
“suster, nomor urut saya kok di langkahi?”, aku ngotot kepada suster penjaga saat aku berada di Rumah Sakit UIN Syahid tuk konsultasi ke poli THT soal telingaku yang terasa sakit. Akhirnya aku-pun mengalah dan kemudian menunggu lagi. Seorang Ibu mengantar anaknya yang sepertinya sakit di hidungnya, dialah yang melewati nomor urut aku. Ibu itu berkata, “sabarlah, anak kecil yang duluan”. 
Beberapa menit kemudian ku menunggu, tiba-tiba suster memanggilku tapi bukan untuk memeriksa telingaku. Suster memanggilku untuk mengecek pendaftaranku di kasir sudah membayar apa belum sebelum periksa! Aku terkejut karena perintah suster ini kontroversi dengan suster di meja pendaftaran. Namun aku ikuti saja maunya walau memang prosedurnya tidak efektif, menurutku. Padahal telingaku sudah makin sakit rasanya. Namun di RS aku mala kesana kemari untuk mengurusi administrasi pra periksa. 
Seorang Bapak kira-kira berumur 30 tahun-nan mendekat kepadaku dan bertanya, “kamu mahasiswa?”, aku menjawab iya, juga menjawab pertanyaannya kalau aku baru pertama kali berperiksa ke poli THT. Bapak ini berbicara dengan mengerutkan keningnya. Dia heran dengan sistem RS di UIN Syahid yang jika melakukan pemeriksaan syaratnya harus bayar pra periksa. Akupun juga berpikir, bagaimana kita harus membayar sementara penyakit kita belum di ketahui. Yang parah lagi bagi mahasiswa UIN Syahid yang jika periksa harus memperlihatkan KTM dan slip iuran semester. 
Teringat peristiwa yang pernah di kutip TABLOID LPM INSTITUT oleh Kholisatussurur, yaitu, tentang seorang mahasiswi yang memprihatinkan. Suatu hari dia ingin di bawah ke RS UIN agar mendapat pemeriksaan karena tubuhnya lemas sekali. Beberapa menit dia di tuntun ke RS namun prosedur membuatnya terpaksa tidak langsung di periksa karena persyaratan periksa kesehatan mahasiswa (KTM dan slip pembayaran) tak dibawanya. Akhirnya wanita itu harus memenuhi persayaratannya dulu hingga dia bisa selamatkan dirinya. 
Betapa pentingnya syarat-syarat prosedur daripada keselamatan orang sakit. Sistem bayar pra periksa kesehatan mencerminkan kalau kesehatan kurang di anggap urgent atau di junjung tinggi keselamatannya dan lebih memperhatikan iuran terlebih dahulu. 
Sedikit fenomena di atas semoga menyadarkan kita yang telah membaca artikel ini biar tahu apa yang harus kita lakukan terhadap sistem-sistem yang mulai buram. Terkhusus di kampus UIN Jkt yang hampir dominan berwatak material (presepsi aktifis kampus sendiri yang melihat fakta bukan hanya di permukaan). Kata pepatah, kesehatan itu adalah mahkota. Namun kesehatan rohani juga sangat perlu di awasi dengan kiat-kiat yang dapat merubah penyelewengan sistem-sistem yang baik. Sehingga tidak perlu di tampakkan ekspresi kontradiksi terhadap penyetir sistem-sistem dalam lingkup kampus. Bagaimana jika kita yang mengalami? Jawabannya ada pada diri kita! 
La Ode (04-11-2011)

1 komentar:

  1. Masa sih huluq, kamu smpai ngalamin itu semua ya? emang bener sih slip pembyaran sama KTM itu persyaratan utamanya tapi ada keringanan ko buat yang ga bawa slip pembayaran, dan ga dipersulit asal KTM ada bagi yang ga bawa paling disuruh "lain kai bawa ya de..!" Toh emang kewajiban kita kan buat bawa KTM, sbb tau darimana kalau kita mahasiswa uin kalau bukan dari KTM, dan alhasil adanya KTM jg kan supaya mahasiswa mendapatkan fasilitas bebas biaya pengobatan dari RS. milik kampuz. jadi g hanya di RS dimanapun kita berada emang semua ada aturannya. memang sih terlihat kejam peraturan itu, tapi peraturan itu juga kan dibentuk buat kebaikan bersama, nanti kalau yang satu dikasih toleran yang lain ngikut dan akhirnya peraturan ga berlaku donk. jadi menurut aq ketegasan itu penting juga selama hal tsb tidak membahayakan dan merugikan ornag banyak.

    BalasHapus